Powered By Blogger

Jumat, 02 Desember 2011

Analisis Bahan Ajar IPA


Analisis Bahan Ajar IPA Di SMA Swasta Tunas Baru

Juli Yanti Panjaitan (8106142010)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran kimia yang dilakukan di SMA Swasta dan sejauh mana lingkupan materi ajar yang ada di SMA Swasta tersebut.
Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Tunas Baru Pangkalan Berandan. Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI SMA Tunas baru Pangkalan Berandan yang berjumlah 21 orang serta guru kimia yang ada di sekolah tersebut. Data didapat dengan menggunakan angket dan wawancara yang dikembangkan secara sistematis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kimia yang berlangsung di sekolah sampel kurang kondusif dan banyak mendapat halangan, diantaranya masalah kurangnya sarana dan guru yang ada. Lingkupan materi yang di ajarkan tidak terlalu luas karena minimnya buku pegangan yang dipakai serta tidak terlalu dikembangkannya kurikulum yang ada sesuai potensi daerah di sekolah tersebut.
PENDAHULUAN
            Pendidikan adalah usaha yang terencana dengan cara sistematis yang diberikan oleh pendidik agar anak didik dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana unuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang didalamnya terdapat aturan secara sistematis, terprogram, memiliki sasaran yang jelas serta merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar. Dalam keseluruhan program pendidikan sekolah, proses belajar mengajar meerupakan kegiatan inti. Unsur utama yang sangat berpengaruh dalam proses pencapaian tujuan pendidikan adalah siswa dan guru.
Proses pembelajaran  merupakan sebuah upaya yang dilakukan antara guru dan siswa  untuk saling berbagi dan mengolah informasi yang tersedia agar menjadi suatu pemahaman baru. Tetapi dalam proses pembelajaran juga sering mendapat kendala ataupun kesulitan-kesulitan yang datangnya dari diri siswa itu sendiri maupun dari luar diri siswa. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Juli (2010) yang menjelaskan hasil diagnosa kesulitan belajar  kimia siswa kelas XI SMA dan Arofah (2009) yang memaparkan studi tentang proses pembelajaran kimia SMA di kota Medan, dimana ia menemukan bahwa dalam proses pembelajaran selalu mengalami masalah baik dari materi/kurikulum, guru, metoda serta sarana yang ada sehingga mempengaruhi kelulusan yang dihasilkan.
Salah satu komponen penting dari system pendidikan adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola pendidikan maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah (Nurfajriani dkk, 2010). Sampai saat ini, system pendidikan Indonesia sudah berulang kali menggonta-ganti kurikulum yang ada hingga sampai yang dipakai saat ini yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan (Mulyasa, 2007). KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah mulai diberlakukan di Indonesia sejak tahun ajaran 2006/2007 dengan mengacu pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP. Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Isi, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri., menggantikan Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi). KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan.
            Pelaksanaan KTSP ini menuntut kesiapan guru untuk membuat inovasi dan kreasi baru dalam mengembangkan kurikulum di sekolah tersebut dan harus meninggalkan cara lama yang masih terus bergantung pada petunjuk teknis yang ada. Pengembangan kesesuaian bahan ajar Kimia terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan,yang terdiri atas: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga ependidikan, sarana dan prasarana serta pengelolaan pembiayaan dan penilaian hasil pendidikan.
            Dalam mini riset ini, penulis ingin menganalisa dan memaparkan materi ajar kimia dan pembelajaran kimia Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan berpatokan kepada kurikulum dan silabus serta meninjau permasalahan-permasalahan pembelajaran di SMA Swasta, dimana kesesuaian bahan ajar ini sangat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ ANALISA BAHAN AJAR IPA DI SMA SWASTA”.

METODE PENELITIAN
            Penelitian ini dilaksanakan di SMA Swasta Tunas Baru Pangkalan Berandan pada tanggal 27 dan 28 bulan Juli 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah guru kimia dan siswa kelas XI SMA Swasta Tunas Baru Pangkalan Berandan. Sampel dalam penelitian ini diambil langsung dari jumlah populasi yang ada, hal ini disebabkan karena jumlah populasi yang sangat kecil yaitu 1 guru kimia dan 21 siswa kelas XI. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan melalui temuan kualitatif dan kuantitatif. Data diperoleh melalui angket kepada siswa dan wawancara kepada guru mata pelajaran kimia serta data-data lain berupa dokumen RPP, silabus dan lain-lain dikumpulkan dari guru. Semua data yang ada dikumpulkan dan kemudian dianalisa secara kuantitatif untuk menghitung persentase dan dianalisa kualitatif untuk melihat kesesuaian bahan ajar IPA dengan kurikulum dan silabus yang digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A.          Hasil Wawancara dan Angket
Wawancara
            Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kimia dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Implementasi KTSP umumnya telah dilaksanakan di SMA Swasta Tunas Baru Pangkalan Berandan walaupun masih menggunakan model silabus SMA BNSP dan belum dikembangkan.
2.      Guru kimia yang mengajar di SMA Swasta Tunas Baru Pangkalan Berandan hanya satu orang saja, dan guru tersebut yang mengajar dari kelas satu hingga kelas tiga SMA.
3.      SMA Swasta Tunas Baru Pangkalan Berandan hanya memiliki satu laboratorium, yang juga merangkap untuk laboratorium yang lain seperti fisika dan biologi.
4.      Laboratorium yang ada belum lengkap sehingga para siswa jarang melakukan praktikum, dalam satu semester hanya dapat melakukan praktikum sebanyak dua kali. Para siswa lebih banyak belajar teori di dalam kelas.
5.      Setiap siswa memiliki buku pegangan pribadi yang wajib di beli dari sekolah yaitu buku kimia kelas XI penerbit Erlangga karangan Michael Purba.
6.      Proses belajar mengajar kebanyakan berlangsung secara satu arah, dimana guru menjelaskan kemudian memberi tugas-tugas dan latihan-latihan. Siswa hanya mengerjakan apa yang diberikan guru tanpa terlalu aktif bertanya.
Angket  
Angket yang digunakan terdiri dari 10 item, berisi pertanyaan seputar factor minat siswa, fasilitas sekolah, guru dan materi ajar kimia.
Hasil angket yang diperoleh adalah sebagai berikut:
 
No
Indicator pertanyaan angket
% Siswa
Keterangan
1
Siswa menyukai pelajaran kimia
42.86%
57.14%
Tidak suka
Suka
2
Siswa menganggap pelajaran kimia sulit
33.33%
66.67%
Sulit
Mudah
3
Tanggapan siswa tentang fasilitas laboratorium yang ada di sekolah
80.95%
19.05%
Kurang lengkap
Lengkap
4
Tanggapan siswa terhadap cara guru dalam menyampaikan materi ajar
33.33%

66.67%
Kurang dapat dimengerti
Mudah dipahami
5
Banyaknya praktikum yang pernah dilakukan dalam satu semester
0
100%
Tidak pernah
Pernah
6
Tanggapan siswa terhadap media dan ilustrasi materi ajar yang diberikan guru dalam pembelajaran
0
100%
Jarang
Setiap pertemuan
7
Kelengkapan buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah khususnya buku kimia
38.10%
61.90%
Tidak lengkap
Lengkap sekali
8
Penggunaan laboratorium sekolah dengan baik
52.38%
47.62%
Tidak
Iya
9
Tanggapan siswa tentang pentingnya mempelajari kimia di sekolah
28.57%
71.43%
Tidak perlu
Sangat perlu
10

Tanggapan siswa tentang guru kimia
14.29%
85.71%
Tidak senang
Sangat senang

Gambar 1. Persentase hasil angket siswa dalam bentuk kolom



Dari hasil angket, dapat dipaparkan bahwa:
1.      Mayoritas siswa menyukai pelajaran kimia dan menganggap kimia penting dipelajari di sekolah walaupun para siswa berasumsi bahwa kimia itu sulit.
2.      Laboratorium yang ada di SMA Swasta Tunas Baru Pangkalan Berandan kurang lengkap dan kurang dipergunakan dengan baik sehingga jarang sekali melakukan praktikum selama pertemuan tatap muka dalam satu semester.
3.      Mayoritas siswa senang dengan guru kimia mereka karena dalam menyampaikan materi ajar guru selalu menggunakan media ataupun ilustrasi materi ajar agar lebih mudah dipahami oleh para siswa.
4.      Buku-buku yang ada diperpustakaan sekolah sudah bisa dikatakan lengkap, walaupun dalam hal pendukung pelaksanaan pembelajaran kimia masih diupayakan kelengkapannya.

 A.       Analisa Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan di sekolah SMA Swasta Tunas Baru Pangkalan Berandan adalah KIMIA UNTUK SMA KELAS XI penerbit Erlangga karangan Michael Purba. Buku yang digunakan ini sudah sesuai dengan materi ajar yang ada di silabus tetapi berbeda dengan yang ada di RPP. Di RPP buku yang digunakan yaitu Sains Kimia Prinsip dan Terapannya penerbit Yudisthira. Dalam pembelajaran di kelas, guru kimia tidak mempunyai buku pegangan lain yang digunakan sebagai bahan ajar pendukung. Guru hanya berfokus pada buku karangan Michael purba dengan alasan agar sesuai dengan buku pegangan siswa yang ada. Alangkah lebih baik dan lebih efektif jika guru memiliki buku pegangan lain sebagai perbandingan dan perbaikan materi ajar agar cakupan materinya lebih luas dan mudah dipahami.

B.        Analisa Kurikulum
Dari hasil analisa terhadap kurikulum, silabus dan RPP, dapat dilihat bahwa sekolah SMA Swasta Tunas Baru Pangkalan Berandan langsung menggunakan kurikulum dan silabus yang di berikan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai landasan dalam mengembangkan materi pokok dan indicator pencapaian kompetensi dalam penilaian.
Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk SMA kelas XI adalah sebagai berikut:
 
Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Ganjil
1.         Memahami struktur atom untuk meramalkan  sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul, dan sifat sifat senyawa.
1.1          Menjelaskan teori atom Bohr dan mekanika kuantum untuk menuliskan konfigurasi elektron dan diagram orbital serta menentukan letak unsur dalam tabel periodik.
1.2          Menjelaskan teori jumlah pasangan elektron disekitar inti atom dan teori hibridisasi untuk meramalkan bentuk molekul
1.3          Menjelaskan interaksi antar molekul (gaya antar molekul) dengan sifatnya.
2.         Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya.
2.1.      Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi,      reaksi eksoterm, dan reaksi endoterm.
2.2.      Menentukan DH reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan.
3.          Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam  kehidupan sehari-hari dan industri.
        3.1          Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
        3.2          Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi serta terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.3       Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan dengan melakukan percobaan.
        3.4.   Menentukan hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan.
3.5       Menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Genap
4.      Memahami  sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.

4..1          Mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan.
4.2       Menghitung banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit dari hasil titrasi asam basa.
4.3       Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.
4.4       Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut.
4.5       Menggunakan kurva perubahan harga pH pada titrasi asam basa untuk menjelaskan larutan penyangga dan hidrolisis
4.6       Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip  kelarutan dan hasil kali kelarutan.
5.      Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

5.1.      Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya.
5.2.      Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Adapun indicator pencapaian kelas XI SMA Swasta Tunas Baru Pangkalan Berandan adalah:
1.1.1.      Menjelaskan teori atom mekanika kuantum.
1.1.2.      Menentukan bilangan  kuantum  (kemungkinan elektron berada)
1.1.3.      Menggambarkan  bentuk-bentuk orbital.
1.1.4.      Menjelaskan kulit dan sub kulit serta hubungannya dengan bilangan kuantum.
1.1.5.      Menggunakan prinsip aufbau, aturan Hund dan azas larangan Pauli untuk menuliskan konfigurasi elektron dan diagram orbital.
1.1.6.      Menghubungkan konfigurasi elektron suatu unsur dengan letaknya  dalam sistem periodik
1.2.1        Menentukan bentuk molekul berdasarkan teori pasangan elektron.
1.2.2.      Menentukan bentuk molekul berdasarkan  teori hibridisasi.
1.3.1.    Menjelaskan perbedaan sifat fisik (titik didih, titik beku) berdasarkan perbedaan gaya antar molekul (gaya Van Der Waals,    gaya london, dan ikatan hidrogen)

2.1.1.      Menjelaskan hukum/azas kekekalan energi
2.1.2.      Membedakan sistem dan lingkungan
2.1.3.      Membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang menerima kalor (endoterm) melalui percobaan
2.1.4.      Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi.

2.2.1.      Menghitung harga ∆H reaksi melalui percobaan.
2.2.2.      Menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan:
  -  data entalpi pembentukkan standar (∆H°f)
    -  diagram siklus
    -  energi ikatan

3.1.1.      Menghitung konsentrasi larutan (molaritas larutan).
3.1.2.      Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan , suhu, dan katalis) melalui percobaan.
3.1.3.      Menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

3.2.1.      Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh, dan suhu terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.
3.2.2.      Membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia dengan menggunakan katalisator dan yang tidak menggunakan katalisator.
3.2.3.      Menjelaskan pengertian, peranan katalisator dan energi pengaktifan dengan menggunakan diagram.
3.2.4.      Menentukan orde dan waktu reaksi.
3.2.5.      Menjelaskan peranan katalis dalam makhluk hidup dan industri. 

3.3.1.      Menjelaskan kesetimbangan dinamis.
3.3.2.      Menjelaskan kesetimbangan homogen dan heterogen.
3.3.3.      Menjelaskan tetapan kesetimbangan.
3.3.4.      Meramalkan arah pergeseran kesetimbangan dengan menggunakan azas Le Chatelier
3.3.5.      Menganalisis pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan, dan volum pada pergeseran kesetimbangan melalui percobaan

3.4.1.      Menafsirkan data percobaan mengenai konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang untuk menentukan derajat disosiasi dan tetapan kesetimbangan
3.4.2.      Menghitung harga Kc berdasarkan konsentrasi zat dalam kesetimbangan
3.4.3.      Menghitung harga Kp berdasarkan tekanan parsial gas pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang
3.4.4.      Menghitung harga Kc berdasarkan Kp atau sebaliknya.

3.5.1.      Menjelaskan kondisi optimum untuk memproduksi bahan-bahan kimia di industri yang didasarkan pada reaksi kesetimbangan.

4.1.1.      Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Arrhenius
4.1.2.      Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry
4.1.3.      Menuliskan persamaan reaksi asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry dan menunjukkan pasangan asam dan basa konjugasinya
4.1.4.      Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Lewis
4.1.5.      Mengidentifikasi sifat larutan asam dan basa dengan berbagai indicator
4.1.6.      Memperkirakan pH suatu larutan elektrolit yang tidak dikenal berdasarkan hasil pengamatan trayek perubahan warna berbagai indikator asam dan basa.
4.1.7.      Menjelaskan pengertian kekuatan asam dan menyimpulkan hasil pengukuran pH dari beberapa larutan asam dan basa yang konsentrasinya sama
4.1.8.      Menghubungkan kekuatan asam atau basa dengan derajat pengionan ( α ) dan tetapan asam (Ka) atau tetapan basa (Kb)
4.1.9.      Menghitung pH larutan asam atau basa yang diketahi konsentrasinya.
4.1.10.   Menjelaskan penggunaan konsep pH dalam lingkungan.

4.2.1.      Menentukan konsentrasi asam atau basa dengan titrasi
4.2.2.      Menentukan kadar zat melalui titrasi.
4.2.3.      Menentukan indikator yang tepat digunakan untuk titrasi asam dan basa
4.2.4.      Menentukan kadar zat dari data hasil titrasi
4.2.5.      Membuat grafik titrasi dari data hasil percobaan.

4.3.1.      Menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui percobaan.
4.3.2.      Menghitung pH atau pOH larutan penyangga
4.3.3.      Menghitung  pH larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa atau dengan pengenceran 
4.3.4.      Menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup

4.4.1.      Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui percobaan
4.4.2.      Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi
4.4.3.      Menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis

4.5.1.      Menganalisis grafik hasil titrasi asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat untuk menjelaskan larutan penyangga dan hidrolisis.

4.6.1.      Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut
4.6.2.      Menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya
4.6.3.      Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air
4.6.4.      Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya
4.6.5.      Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan
4.6.6.      Menentukan pH larutan dari harga Ksp-nya
4.6.7.      Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp

5.1.1.      Menjelaskan proses pembuatan koloid melalui percobaan.

5.2.1.      Mengklasifikasikan  suspensi kasar, larutan sejati dan koloid berdasarkan data hasil pengamatan (effek Tyndall, homogen/heterogen, dan penyaringan)
5.2.2.      Mengelompokkan jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersi
5.2.3.      Mendeskripsikan sifat-sifat koloid (effek Tyndall, gerak Brown, dialisis, elektroforesis, emulsi, koagulasi)
5.2.4.      Menjelaskan koloid liofob dan liofil
5.2.5.      Mendeskripsikan peranan koloid di industri kosmetik, makanan, dan farmasi


A.       Pelaksanaan Pembelajaran Kimia
Pelaksanaan pembelajaran kimia di dalam kelas masih tergolong monoton dan kurang adanya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru memberikan penjelasan sesuai buku yang ada pada masing-masing siswa kemudian memberikan tugas dan latihan-latihan kepada siswa.
Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas sangat jauh berbeda dengan RPP yang telah dibuat oleh guru yang bersangkutan. Di dalam RPP guru selalu mencoba memberikan metode diskusi setiap pertemuan tatap muka dengan siswa, namun pada aplikasinya tidak sedemikian rupa adanya. Hal ini perlu ditinjau ulang oleh guru dan kepala sekolah agar proses pembelajaran bisa lebih membuat siswa tertantang dan aktif untuk mencari tahu sesuatu. Walaupun demikian, strategi dan  kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dan sumber belajar tergolong baik karena guru selalu memberikan ilustrasi sebagai media yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari agar anak lebih mudah memahami konsep ataupun materi ajar yang diberikan.
            Laboratorium sebagai salah satu srana dan prasarana yang mendukung pembelajaran kimia masih belum digunakan dengan optimal. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya alat dan bahan yang bisa digunakan untuk melalukan praktikum sebagai bagian dari proses pembelajaran. Siswa hanya bisa melakukan praktikum sebanyak dua kali setiap semester dan setiap siswa akan melakukan praktikum guru harus terlebih dahulu berkoordinasi dengan guru fisika dan biologi untuk tidak membuat jadwal praktikumyang sama. Hal ini karena sekolah hanya memiliki satu ruang laboratorium yang digunakan juga oleh guru lain untuk melakukan praktek. Guru juga harus membeli sendiri bahan yang akan dipakai untuk melakukan praktikum karena sekolah hanya menyediakan alat tanpa bahan yang mendukung. Ini sangat perlu diperhatikan dan diupayakan peningkatannya oleh kepala sekolah, yayasan pendidikan dan pemerintah setempat agar penggunaan laboratorium lebih diaktifkan dan siswa lebih sering mengadakan praktikum.

B.        Sistem Penilaian
Pada umumnya system penilaian yang dilakukan guru kimia termasuk kategori baik. Ini sesuai dengan system penilaian yang ada di silabus sekolah tersebut. Guru memiliki 3 kriteria penilaian yang nantinya menjadi 5 kali penilaian, dengan kategori sebagai berikut: Pertama, penugasan terstruktur sebanyak 3 kali yang diambil dari latihan-latihan dan tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dengan nilai minimal 70. Bila siswa belum mencapai nilai minimal yang ditetapkan guru, maka siswa yang bersangkutan akan diberikan tugas khusus untuk memperbaiki nilai yang tidak mencukupi tersebut. Kedua, ulangan harian yang diberikan kepada siswa setiap selesai satu Kompetensi Dasar (KD). Nilai-nilai dari setiap ulangan harian ini hanya akan menjadi satu kali nilai dalam system penilaian yang ada. Ketiga, ujian semester yang dilakukan setelah proses pembelajaran satu semester usai. Ujian semester ini diadakan serentak dengan mata pelajaran lainnya sesuai dengan ketetapan sekolah.

C.       Masalah Pembelajaran
Pada saat peneliti melakukan observasi langsung ke sekolah SMA Swasta Tunas Baru Pangkalan Berandan dan dari hasil wawancara peneliti kepada guru kimia, masih terdapat kendaala dalam proses pembelajaran yang berlangsung yaitu:
1.      Kurang mampunya guru dan pihak sekolah untuk mentertibkan siswa selama proses pembelajaran. Siswa terlalu ribut dan semaunya dikarenakan sekolah asimilasi (yayasan cina). Ini terkadang membuat guru dan pihak sekolah harus membuat peraturan dan sanksi tegas kepada setiap siswa yang mencoba melanggar tata tertib sekolah.
2.      Kurang lengkapnya alat dan bahan pendukung praktikum yang tersedia di laboratorium sehingga jarang sekali guru dan siswa melakukan praktikum pendukung pembelajaran.
3.      Kurangnya sumber belajar untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik agar siswa tidak terlalu terfokus hanya pada satu sumber belajar yaitu buku pagangan mereka.


KESIMPULAN
            Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut;
1.      Implementasi KTSP di sekolah SMA Swasta Tunas Baru Pangkalan Berandan masih belum sepenuhnya dilaksanakan. Kurikulum silabus yang digunakan masih mengambil langsung dari model kurikulum silabus yang dikeluarkan oleh BSNP dan belum dikembangkan sesuai potensi daerah sekolah tersebut.
2.      Proses pembelajaran yang berlangsung masih menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran berlangsung masih monoton dan masih jarang mengadakan praktikum karena belum lengkapnya laboratorium yang ada di sekolah tersebut.
3.       Masalah dan kendala yang dihadapi guru dikarenakan siswa yang kurang kondusif dalam proses pembelajaran dan kurang lengkapnya sarana dan prasarana sekolah pendukung pembelajaran.

 DAFTAR PUSTAKA
Megasari Srg, Arofah, (2009), Studi Tentang Proses Pembelajaran Kimia SMA di Kota Medan, Thesis, FMIPA, Unimed, Medan.
Mulyasa, E, (2007), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nurfajriani dkk, (2009), Analisis Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Pembelajaran Kimia di Sekolah Mitra PPL Unimed, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains 3(2): 5-13.
Panjaitan, Juli Yanti, (2010), Diagnosa Kesulitan Belajar Kimia Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Babalan Pangkalan Berandan Pada Pokok Bahasan Termokimia, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Purba, Michael, (2007), Kimia Untuk SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga, Jakarta.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar